Sejarah Desa

Sejarah Desa

 

SEJARAH SINGKAT DESA SAMBONGGEDE

Desa Sambonggede terletak di barat kota yang tepatnya sebagai ibu kota kecamatan Merakurak. desa yang tahun 2018 sebagai satu-satunya desa se kabupaten Tuban yang berklasifikasi mandiri dalam Indeks Desa Membangun ini mempunyai luas 186 Ha, terdiri dari dataran pekarangan 73 Ha dan lahan pertanian 113 Ha. Di desa Sambonggede penduduknya berjumlah sekitar 4.500 jiwa dan rata-rata bermata pencaharian pedagang, karyawan, pegawai dan petani.

Nama sambonggede terdiri dari dua suku kata yaitu, SAMBONG yang berarti kali ( sungai yang melewati perkampungan / pemukiman). Dan GEDE yaitu berarti besar. Dari dua suku kata tersebut menjadi nama SAMBONGGEDE yang bisa diartikan kali / sungai yang melewati pemukiman dengan skala besar atau jumlahnya yang banyak atau juga bisa diartikan daerah atau wilayah yang dilewati beberapa aliran kali / sungai. Hal ini sesuai dengan realita letak geografis bahwa sambonggede ini bisa dikatakan sebagai desa yang menjadi titik temu antara dua sumber air, yaitu sumber Srunggo dan sumber Silowo. Sambonggede menjadi muara utama sebelum air dari dua sumber ini bermuara kelaut. adapun dari aliran sungai-sungai ini dimanfaatkan oleh warga sebagai sarana untuk irigasi pertanian. Ada juga sisi lain yang mengartikan bahwa SAMBONG ini adalah tanggul atau bendungan,  dan GEDE adalah besar, yang kalau diartikan adalah wilayah atau desa yang mempunyai tanggul atau bendungan besar. Dan hal ini juga sesuai dengan bukti sejarah yang masih ada, yaitu untuk membagi saluran irigasi di area persawahan, maka di sambonggede ini ada sebuah CEK DAM yang lumayan besar yang dipergunakan untuk mengatur irigasi ke area-area pertanian. Dan sekarang juga dijadikan oleh pemerintah desa Sambonggede sebagai wahana wisata kampung air. Dari dua arti tentang kata sambong ini pada intinya adalah sama, yaitu sebuah sungai yang alirannya dipergunakan untuk irigasi.

Desa sambonggede ini bisa dibilang sudah ada sejak kerajaan mataram, karena diketahui bahwa di Sambonggede ini ada dua makam kuno yang diyakini bahwa makam ini adalah makam dari mloyo negoro atau di sambonggede lebih dikenal sebagai Mloyo Rogo dan Mloyo Kusumo yang diyakini pula bahwa Mloyo Kusumo alias Raden Demang Ario Moyo Kusumo atau di Madura lebih dikenal Kyai Maluyo adalah ayahanda dari Trunojoyo dari Madura yang pada saat itu di era kepemimpinan  susuhunan Amangkurat I pada tahun 1648 lari dari madura karena akan dibunuh karena konflik di internal kerajaan, sehingga dibantu oleh kerabatnya yaitu Mloyo Negoro / Mloyo Rogo dan sampailah di desa Sambonggede.

Dan sesampai di Sambonggede Kyai Mloyo Kusumo dan Mloyo Rogo bersembunyi dan membuka peradaban di Sambonggede.

Dijaman Belanda, Sambonggede sudah terkenal, sehingga belanda berkeinginan untuk menjadikan Sambonggede ini sebagai kota penyangga untuk kabupaten Tuban, hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah pusat perekonomian yaitu dibangunnya kantor perbankan di tahun 1911 ( sekarang menjadi kantor Pegadaian), dibangunnya pasar pusat jual beli di tahun 1912 yang sampai sekarang masih ada dan dibangunnya stasiun kereta api skala modern yang diresmikan oleh pemerintah belanda melalui Nederlandsch indische spoorweg maatschappij pada tanggal 1 agustus 1920 dan ditutup oleh jepang tahun 1942, dan dibongkar oleh para pekerja romusha. Rencana pemerintah hindia belanda stasiun ini sebagai stasiun yang menghubungkan dari surabaya ke semarang.

Perlu diketahui juga bahwa desa sambonggede ini awalnya adalah bagian dari kecamatan tuban kota, dengan dibuktikan di peta buatan jepang tahun 1943 yg tertulis SYU ( RESIDENSI) : BODJONEGORO, KEN ( KABOEPATEN) : TOEBAN, GUN ( DISTRIK) : TOEBAN, KU ( DESA ) : SAMBONGGEDE, hal tersebut jelas menunjukkan bahwa sambonggede ikut karisidenan Bojonegoro, kabupaten Tuban, kecamatan Tuban dan bukan ikut kecamatan Merakurak, tapi setelah kemerdekaan baru sambonggede beralih menjadi bagian dari desa di kecamatan Merakurak.

Dengan usia desa sambonggede yang terhitung sudah tua, maka sambonggede ini layak sudah beberapa kali ganti kepemimpinan.dan diantara para pemimpin desa sambonggede, atau biasa disebut kepala desa, atau biasa juga di desa lebih dikenal dengan sebutan petinggi,  yang bisa dideteksi yaitu hanya mulai dari jaman pemerintahan hindia belanda, diantaranya yaitu sebelum kemerdekaan / jaman hindia belanda dipimpin oleh AKRAK NGAWONGGO dan peralihan dari jepang ke kemerdekaan dipimpin oleh BASTAM, dan dilanjut oleh ROESDI,kemudian dilanjutkan oleh SUYITNO ( anak menantu dari Kades sebelumnya yaitu ROESDI ). Kemudian SUTOMO, SH, YEMY TRISTANTONO,S.Pd (2013-2023), dan sekarang di PJ oleh M. ZUHDI, SH (2023-2024)

Demikian sejarah singkat Desa Sambonggede yang dihimpun dari berbagai sumber, sehingga dapat tersusun sebagai alur deskripsi dari road map ( peta jalan) sebuah pencarian peradaban dan penggalian sejarah di desa Sambonggede.

oleh : Yemy Tristantono